Karena Kita Tak Pernah Tau, Dari Mulut Siapa Doa Terkabul

"Catatan ini saya salin dari teman kuliah saya Verawati HI 97 UMY, dulu aktif di UKM Bahasa Inggris dan pernah jadi Ketua Student English Activity (SEA - UMY)


Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Itu salah satu ayat yang pernah ku baca, dan kuyakini kebenarannya. Dan keyakinan itu juga yang membuatku ketar-ketir ketika masa pencarian jodoh tiba, kira-kira sepuluh tahun silam. Pasalnya...aku ngerasa masih jauuh dari kriteria "wanita baik" dalam ayat diatas. Shalat secukupnya, ngaji ala kadarnya, puasa senin kamis..? wah..jangan ditanya..(eh, jangan ditiru ya...). Jadi..aku lumayan kuatir, kalo belum sempet memperbaiki diri, eh..udah datang takdirnya ketemu jodoh. Pasti ntar dapetnya yang kurang lebih sama. Padahal aku ngarep banget bakal dapet suami yang lebih oke segalanya, yang bisa jadi imam, bertanggung jawab, gemar menabung, bisa diajak kondangan, de el el..

Dan tibalah masa itu....

Diluar dugaanku, ndilalah..eh..maksudnya Alhamdulillah banget...kok Allah kasih aku suami yang baiknya masya Allah..,beyond my expectation..
Suami yang membuatku berniat untuk mengabdikan diri dengan sepenuh hati. Suami yang membuatku bersyukur setiap saat. Suami yang dengan sigap bangun dari tidur nyenyaknya di tengah malam, karena istrinya pengen nasi goreng, padahal nggak lagi ngidam, dan masa honeymoon dah lewat jauh.
Suami yang....udah ah.., detailnya nggak usah diceritain ya...ntar dikira pamer, hehe...

Awalnya aku heran dan terus berfikir..kok bisa ya...? kok aku dapet jodoh yang oke banget, padahal akunya biasa aja. Sampai pada suatu hari, tiba-tiba aku teringat pada sebuah peristiwa dimasa silam, begini ceritanya ;

Pas jaman kuliah dulu, naik bis jurusan lampung - jogja merupakan sebuah rutinitas yang kulakoni tiap lebaran dan liburan. Sampe sopir dan keneknya pada hapal. Pada suatu perjalanan ke jogja sehabis liburan, aku duduk di sebelah suami istri dengan dua anak balita. Yang satu masih bayi,umurnya sekitar 6 bulan, satu lagi kira-kira dua tahunan lah. Ditengah perjalanan, tiba-tiba sang bayi cry bombay..,rupanya dia sakit perut dan kena diare. Karena rada blepotan,(maaf ya..) Sang ibu terpaksa harus membawa si bayi itu ke toilet yang ada di dalam bis bagian belakang. Masalahnya..nggak mudah untuk membersihkan bayi di dalam toilet bis yang goyang-goyang mulu, (yg pernah naik bis antar propinsi pasti bs ngebayangin), apalagi bayinya lagi rewel. Harus ada seseorang yang bantu megangin sang bayi, sementara si ibu membilas. Sang ayah berniat membantu, tapi si kakak nangis histeris nggak mau ditinggal. Penumpang lain mulai terlihat jutek dan menggerutu karena bis jadi berisik dan bau. Kebayang kan betapa bingungnya sepasang suami istri itu.
Karena kesian, aku menawarkan diri membantu si ibu sang ibu, bayinya gak mau kupegangin, jadi aku yg bagian bilas-bilas. Alhamdulilah, kekisruhan tersebut berakhir dengan happy ending.
Sepasang suami istri itu ngerasa sangat terbantu dan berterimakasih ( padahal mah, cuma segitu ajah yah..?), dan disela-sela obrolan, mereka berkata " mbak belum nikah kan ya..? kami doakan, nanti mbak dapet jodoh yang terbaik..", tuluuus banget ngomongnya, aku sampe terharu,hiks..!

Setiap orang tua pasti selalu mendoakan jodoh terbaik untuk anak-anaknya, tapi setelah ku fikir-fikir, kalo setiap doa orang tua terkabul dengan mudahnya, pasti nggak bakal ada cerita KDRT dan perceraian di dunia ini.

Karena itu, tanpa menafikan peran orang tua yang pasti juga selalu berdoa untuk jodoh terbaikku, aku percaya bahwa doa sepasang suami istri tersebut telah menjadi faktor tambahan, kenapa Allah kasih aku jodoh yang terbaik.

Suamiku, dengan segala kebaikan yang menyertainya, menjadi salah satu support terbaik yang membuatku terus bersemangat untuk menebar manfaat bagi sesama.
Walopun, semua yang kulakukan ini lillahita'ala, tapi teteup..aku bahagia tiap mendengar untaian do'a yang terlantun dari setiap mulut yang tertuju padaku. Karena kita tidak pernah tau, dari mulut siapa doa terkabul.

*tulisan ini sebagai ganti sebait puisi indah
  untuk suamiku tercinta
  untuk 9 tahun pernikahan yang indah

eh, yg tahun lalu kayaknya masih kesimpen deh, sekalian taro disini ya, biar gak ilang..

8 years ago
u re sent, as an answer to ma prayer, from up above
started to share our dreams together
bout a small house with 3 little angels inside
started to write the story bout this long journey
not only about the tears,sorrow n pain..
but how we face it together
i thank God everyday, to have someone like u
and i want u to know.,
until today...u still take ma breath away..

By Verawati

Ketika Mulut Terbungkam

Akan datang hari mulut dikunci, kata tak ada lagi.
Akan tiba masa tak ada suara, dari mulut kita.
Berkata tangan kita tentang apa yang dilakukannya.
Berkata kaki kita kemana saja ia melangkah.

Itulah sepenggal lirik lagu  Chrisye, yang berjudul “Ketika Tangan dan Kaki Berbicara”.
Begitulah peristiwa yang terjadi di akhirat kelak. Saat di dunia hanya mulut yang berbicara, maka di akhirat nanti ia dibiarkan bungkam. Kaki dan tanganlah yang akan memainkan peran untuk berbicara. Sesuai dengan firman Allah:
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (Q.S. Yasin : 65)

Kaki dan tangan akan menjadi saksi kita. Apa saja yang sudah kita lakukan di dunia ini?
Apakah tangan ini lebih banyak untuk menolong orang atau suka memukul orang?
Apakah kaki ini lebih sering melangkah ke majelis ilmu atau ke tempat maksiat?

Jangan sampai di akhirat kelak kita menyesal terhadap apa yang kita lakukan di dunia. Gunakan tangan dan kaki ini untuk kebaikan yang bisa bermanfaat untuk orang di sekitar kita. Karena itulah menjaga tubuh dari perbuatan maksiat adalah kepastian agar selamat dari adzab Allah. Allah Maha Tahu dan Maha Berkuasa atas segala makhluknya.

Bukan hanya tangan dan kaki kita. Begitu pun dengan semua barang-barang yang kita miliki. Gunakanlah untuk segala macam kebaikan.

Ketika kita punya motor, maka gunakanlah untuk kebaikan  seperti datang ke majelis ilmu, menjenguk orang sakit, mengantar teman yang sakit.

Ketika kita punya handphone, maka gunakan untuk berbagi nasihat kebaikan, mendengarkan murottal Al-Qur’an, dan sebagainya.

 Maka perbanyaklah kita mengingat hari akhir dan neraka, karena yang demikian akan menambah rasa keimanan kita kepada Allah dan menambah rasa takut kepada Allah.

Sungguh alam akhirat sangatlah berbeda dengan dunia. Kenikmatan dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan kenikmatan surga dan panas dunia tidak sebanding dengan panasnya neraka.

Semoga kaki dan tangan ini menjadi saksi kita dalam hal kebaikan. Begitu juga dengan  barang-barang yang kita miliki bisa menjadi saksi atas kebaikan yang telah kita lakukan. Semoga menjadi pemberat amal kebaikan kita, sehingga surga yang kita impikan dapat kita raih. Aamiin.

Tidak tahu kita bila harinya, tanggung jawab tiba
Rabbana..
Tangan kami..
Kaki kami..
Mulut kami..
Mata hati kami..

Luruskanlah
Kukuhkanlah..
Di jalan cahaya..
Sempurna..



@utamidwikania

M.E.N.U.N.G.G.U

Menunggu adalah sesuatu yang penuh harap.  Berharap dengan tenang ataupun penuh kecemasan. Apakah yang dinantikanya  akan datang atau tidak?

Menunggu bagi siswa sekolah adalah saat pembagian raport. Apakah berwarna hitam atau merah? Atau berwarna warni?
Menunggu bagi anak-anak adalah ketika ayah dan ibunya berjanji akan membelikan ia permen.
Menunggu bagi ibu-ibu yang hendak ke pasar adalah ketika menunggu angkutan umum di halte. Apakah angkutan umum bernomor 01 atau 03?
Menunggu bagi keluarga yang  sedang makan malam di restoran adalah ketika menunggu pelayan membawakan pesanan makanannya.
Menunggu bagi pelamar kerja adalah saat berada di tukang potokopi. Mempotokopi berlembar-lembar surat lamaran, CV, Ijazah, KTP, dan sertifikat-sertifikat.

Yaahh menunggu. Satu kata penuh rasa.

Bulan menunggu matahari terbenam. Matahari pun menunggu bulan tenggelam.
Begitu juga pelangi yang setia menunggu hujan reda.

Menunggu itu sesuatu yang mengesalkan.
Menunggu kamu di perempatan jalan selama bermenit-menit ditemani oleh ratusan semut yang berlalu lalang.

Menunggu itu  sesuatu yang penuh pengharapan dan membahagiakan.
Menunggu kepompong bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Ohh indahnya.

Aku pun juga merasakan menunggu. Menunggu kamu yang di sana. Hingga doa-doa penuh harap kupanjatkan pada-Nya. Ku menanti dalam taat. Kumenanti  dalam sabar. Kumenanti bersama Cinta-Nya. Hingga kamu tiba di waktu yang indah dan tepat.

Dan pada akhirnya setiap makhluk yang bernyawa di muka bumi ini pun akan menunggu. Menunggu sesuatu yang pasti, tapi tak ada yang pernah tahu kapan itu terjadi. Hanya DIA yang tahu segalanya, karena DIA yang menentukan.  Maka persiapkan bekal terbaik kita, agar dalam masa menunggu tidak dihantui rasa ketakutan.  Dan inilah masa akhir penantian kita yaitu...

Menunggu AJAL tiba.



@utamidwikania


Diberdayakan oleh Blogger.